Sabtu, 18 Juni 2016

review : "masyarakat Risiko"



 BUKU “MASYARAKAT RISIKO  : MENUJU MODERNITAS BARU”
 KARYA ULRICH BECK
Oleh:
Freggiyanto Banyu Satria (13413241010)
Sosiologi A 2013

PENDAHULUAN

Buku ini menggambarkan tentang manusia di zaman yang modern dimana mereka menjadi masyarakat yang disebutnya sebagai “masyarakat risiko”. Dalam kehidupan manusia modern tidak hanya persoalan memproduksi kemakmuran dengan menyelesaikan masalah kelangkaan saja tetapi juga dengan mempersoalkan tentang produksi risiko yang dihasilkan dalam proses tersebut.Kegiatan produksi kemakmuran sebagai usaha memenuhi kelangkaan material manusia menghasilkan konsukuensi yang juga bisa menimbulkan permasalahan lain seperti konflik, masalah lingkungan, kesehatan, dsb.Artinya, masyarakat sekarang bukan hanya hidup di dalam konflik untuk memuaskan kelangkaan, namun juga hidup dalam masyarakat yang bersiko.
            Beck, dengan apik menggambarkan masyrakat berisiko ini dan menjelaskan berbagai macam konsukensi yang hadir dalam masyrakat berisiko. Konsukensi ini beragam dan tidak hanya satu. Selain risiko itu sendiri yang menanti masyrakat tersebut, tentunya berbagai macam fenomena dihasilkan dari interpretasi manusia akan risiko tersebut. Seperti bagaimana politik pengetahuan mereproduksi risiko, dan bagaimana risiko menimbulkan kesenjangan sosial. Dampak risiko bukan hanya bersifat alami, namun juga bersifat sosial. Baik dalam interaksi, bahakan menuju ke perubahan struktur masyarkat.
Didalam bukunya dia juga menjelaskan bagaimana kehidupan masyarakat risiko menurut Beck menjadi sebuah peradaban yang tidak stabil. Bukan hanya itu saja, beck juga menjelaskan didalam bukunya bagaimana risiko dapat menjadi bersifat reflektif terhadap kehidupan sosial, politik, pengetahuan dari satu generasi ke generasi selanjutnya.




PEMBAHASAN

Hidup di Atas Ketidakstabilan Peradaban
            Sadar risiko dapat didefinisakan sebagai cara sistematis menangani bahaya-bahaya dan ketamakan-ketamakan yang disebabkan dan diperkenalkan oleh modernisasi itu sendiri. Tentu saja bukan berarti sebelum modernisasi risiko itu tidak ada, tetapi tidak seluas dan sebesar pengaruh risiko pasca modernisasi. Ketidakstabilan peradaban dalam masyarakat risiko ini dapat dilihat dari beberapa rangkuman berikut:
1.      Risiko terlihat dan ditinjau pada awalnya dari pengetahuan. Oleh karena itu, sebuah risiko dapat saja didefinisakan terbuka, bahkan dimanipulasi melalui pengetahuan itu sendiri.
2.      Risiko merusak tatanan hukum nasional. Risko tidak hanya akan berdampak pada masyrakat tertentu saja, karena risiko tidak mengenal kelasb-batas sosial. Oleh karena itu, suatu dampak risiko yang besar akan diputuskan melalui kesepakatan internasional.
3.      Risiko akan menghasilkan komersialisasi risiko yang merupakan bentuk baru kapitalisme, dimana kebutuhan material bisa dipuaskan sedangkan risiko tidak terbatas.
4.      Orang bisa saja makmur, tetapi tidak bisa lepas dari pengaruh risiko. Kesadaran akan risiko mempengaruhi diri individu.
5.      Adanya risiko menjadi sebuah potensi politik dan reorganisasi kekuasan.
Risiko dapat dipahami sebaagai sumber yang membentuk pertanyaan-pertanyaan, sedangkan masyarakat tidak mengetahui jawabannya.maka, pengetahuanlah yang menentukan bagaimana persepsi dan tindakan masyrakat terhadap risiko itu sendiri. Seringkali rationalitas dari pengetahuan sains berbentrokan dengan rasionalitas sosial(masyarakat). Sains menganggap rationalitasnya yang menentukan risiko dan masyraakat yang menafsirkannya. Anggapan ini kelliru, karena masyarakat tidaklah bodoh untuk mempercayai segala macam yang dikatakan teknisi dan ahli sains yang tentunya digunkan untuk menutupi atau menyederhanakan bahaya itu sendiri. Pada kenyataanya pengetahuan memiliki hasyrat untuk mengetahui  manfaat tekonologi bagi produktifitas, soal dampaknya dipikirkan belakangan, atau bahkan sering kali tidak dipikirkan.Pengetahuan melegalisasi dan memperdaya masyrakat tentang risiko melalui berbagai macam penjelasan yang dirasalogis namun sebenarnya parsial. Diantaranya, bahwa risiko merupakan efek samping yang tentunya bisa saja dicegah. Selain itu, tidak jelasnya sebab akibat risiko dengan masalah aktual yang terjadi, karena kompleksitas risiko lah yang bergabung menyebabkan masalah. Masih ditambah lagi dengan logika ‘level-level yang masih bisa diterima’ yang tidak jelas apa maskudnya ‘bisa diterima?’ dan bagaimana level itu bisa diukur tidak membahayakan.
Menurut Beck, fase tersembunyi(latensi) dari risiko sedang berakhir dan akan terungkap menjadi risiko itu sendiri dan perspektif publik terhadapnya. Dalam menanggapi ini, sebenarnya rasionalitas ilmiah sedang mengalami perpecahan antara yang menyembunyikan (atau istilah jawa:”ngayem-ayemi awake dewek”), dengan yang menggunakan rasionya untuk mengunkap risoko tersebut. Dalam perlembangan kesadaran punlik akan risiko, menimbulkan dampak positif, Hal ini dapat menimbulkan apa yang disebutkan beck sebagai solidertas benda hidup. Selain itu, kesadaran akan risiko menjadi kualifikasi penting bagi masyarakat di era modern. Namun dengan mengakui risiko ini juga memberi dampak dinamika kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang besar membagi modernitas itu sendiri. Untuk menguraikan dinamika yang sangat ruet ini, seharusnya meurut beck kita mengkaji dampak dari modernitas dan bagaimana menyikapinya secara menyeluruh.
Individualisasi Kesenjangan Sosial
            Dalam masyarakat modern, di negaran-negara kesejahteran barat, paremter-parameter kehidupan sosial seperti kelas, kesadaran kelas, gender, dsb mulai memudar. Hal ini dikarenakan masyarakat telah dilepaskan dari ikatan komitmen kelas menjadi mengacu pada dirinya sendiri, atau bisa disebut individualisasi. Dengan prinsip individualisme ini, seorang anggota masyarakat dipaksa memilih opsi-opsi kelompok dan subkultur mana yang diinginkan dan sesuai dengan harapan mereka, daengan kata lain, mereka mengambil suatu risiko. Karena seorang individu tidak memiliki ikatan kelas sosial tertentu maka semuanya tergantung individu itu sendiri. Risiko akan kehidupa yang terpuruk, atau tidak sejahtera bagi individu semakin besar.
            Sebenarnya ada dampak positif dari itu semua, yaitu kebebasan individu yang lebih meyadari akan potensi dan kontribusi diri terhadap masa depanya. Tentunya hal ini sangat dipengaruhi oleh bagaimana individu membekali diri dengan konsekuensi-konsekuensi pendukung kemakmuran seperti pendidikan, mobilitas dan persaingan.Namun, pula membentuk pola interaksi yang disebut Marx  sebagai pasar tenaga kerja. Pola inilah yang membentuk kesenjangan sosial baru, bukan kesenjangan antar kelas, namun kesenjangan antar individu. Kesenjangan ini, berpengaruh pada kehidupan sosial lain selain ekonomi. Seperti dalam keluarga, masalah gender, sturktur sosial lainnya. Khusus masalah gender, dibahas lebih dalam oleh Beck. Persoalan gender didalam maupun luar keluarga merupakan warisan feodal dan pondasi masyarakat kapitalis. Pada masyarakat risiko, persoalan ini tidak bisa dihilangkan, namun justru berkembang. Dengan individualisasi masyarakat modern, terbukanya kesadaran akan kesejajaran untuk memiliiki fungsi ekonomi yang sama antar kelamin baik dalam maupun luar keluarga. Dengan kata lain, wanita sudah tidak bergantung pada laki-laki lagi, dan laki-laki juga sedikit melepas tanggung jawabnya atas pemenuhan ekonomi. Namun, melalui pasar tenga kerja yang mengalami kelangkaan, dan juga masih tidak seimbang antara laki-laki dan perempuan, justru menambah kesenjangan yang muncul diantara mereka. Diasatu sisi mereka dilepas tanggungjawabnya, namun kesempatanya masih sulit.  Untuk itu, Beck membuat tiga skenario yang menurutnya bisa untuk perkembangan masa depan dalam hal ini yaitu: kembali ke keluarga bentuk tradisional(inti), kesetaraan peran laki-laki dan wanita, dan pembentukan peran diluar laki-laki dan wanita. Individualisasi pula akan menyebabkan institusionalisasi, dan standarisasi kehidupan dengan situasi yang baru. Seistem kerja penuh menjadi sistem setengah pengangguran.
            Modernisasi Refleksif pada Generalisasi Ilmu dan Politik
            Pada bagian ini merupakan gabungan dua kensep di bab awal tentang distribusi risiko dan teorema individualisasi. Bagaiman proses modernisasi dapat bersifat reflektif terhadap ilmu? Modernisasi yang reflekstif juga diasumsikan oleh Beck, menghadapi sebuah dempkrasi yang maju dan suatu pengilmiahan yang mapan mendorong kearah pelepasan(Enyrenzungen) yang khas ilmu dan politik. Monopoli pada pengetahuan dan aksi politik menjadi terdiferensiasi, menjauhi tempat semestinya dan menjadi tersedia secara umum. Sehingga otoritas dalam masyarakat menjadi tidak jelas apakah ilmu, kelas sosial yang ada, atau demokrasi yang berkembang. Dengan demikian risiko-risiko yang sedang muncul sekarang dibedakan dari semua ciri yang lebih awal oleh lingkup masyarakat yang berubah, dan oleh konstitusi ilmiah mereka yang khusus.
             Dalam ilmu pengetahuan masyarakat industri, ada untuk menjelasskan dan menghadapi alam. Sedangkan dalam masyarakat risiko, ilmu mengkaji produknya sendiri. Hal ini menyebabkan ilmu pengetahuan terfeodalisasi. Pengetahuan yang tadinya adalah panutan ilmiah, menjadi sebuah konsensus-konsensus, dan peperangan metodologi. Akibatnya, msyarakat awam dan profesional dibidang ilmu terjadi kesenjangan. Dan kebebasan dalam menjalankan, menginterpretasikan ilmu menjadi risiko yang berbaalik dari tujuan ilmu obyektif untuk memberi pencerahan kemanusiaan. Karena itu, sekali lagi risko bukanlah sumber bahaya karena kebodohan tapi pengetahuan.
            Dalam politik, risiko menjadi penggerak politisasi-diri atas modernitas dalam masyrakat industri, dan  perubahan konsep, tempat, dan media politik. Modernisasi dan tekno-ekonomi menjafi salah satu sub-politik baru bagi negara. Artinya yang tadinya bersifat non-politis menajdi politis, dan sebaliknya. Dalam masyrakat risiko, modernitas tekno-ekonomis dipatuhi dan dijalankan dengan mudahnya, mengalahkan demokrasi, dan kebijakan pemerintah. Maka sub-politik mempolitisi dirinya sendiri dan bahkan mengalahkan aspek politik utama.
KORELASI DENGAN MASYARAKAT MODERN
           
            Konsep masyarakat risiko menurut Beck, jelaslah sangat terasa dan relevan dalam kehidupan masyrakat saat ini. Khususnya di indonesia, sudah berapa banyak bencana yang terjadi akibat dari modernisasi? Banjir, dan tanah longsor yang seperti menjadi langganan setiap musim penghujan. Dan kita tidak bisa lupa, bagaimana tragedi lumpur lapindo di Siduarjo, Jawa timur. Ini semua merupakan salah satu dampak dari pembangunan dan modernisasi yang coba ingin dicapai oleh bangsa kita. Di tengah alam indonesia yang lestari ini, bahkan negara kita yang belum terindustrialisasi sepenuhnya saja, risiko bencana dan kerusakan lingkungan yang mengancam bagi kita saja sudah sebegitu banyaknya? Belum lagi kebakaran-kebakaran hutan akibat pembukaan lahan perkebunan dan industri di sumatera dan kalimantan. Belum lagi indonesia, melalui BATAN sedang mengembangkan tenaga nuklir sebagai pemenuhan sumber energi agar bisa menjadi negara industri dan modern. Hal ini akan meningkatkan risiko akan kehidupan kita, yang tentunya diberi jaminan “Aman” dengan banyaknya syarat keamanan. Bagaimana jika satu syarat keamanan saja tidak bisa terpenuhi? Terlebih lagi negara kita berada di cincin api yang memiliki potrensi gunung meletus dan gempa bumi yang tinggi, akan sangat berbahaya jika kita memiliki reaktor nuklir.
           
            Dalam kerhidupan sosial, di masyarakat yang sekarang ini tidak jauh berbeda dengan apa yang dijelaskan oleh Beck. Masyarakat modern, semakin terindividualisasi dan menimbulkan kesenjangan sosial. Mereka seolah tidak terikat dalam sisitem sosial yang ada, dan hanya menyiapkan ‘bekal’ untuk kehidupan dan masa depannya, entah melalui pendidikan dan perokonomian. Ini bisa dilihat melalui animo akan pendidikan, terutama yang berpotensi tinggi dalam lulusannya untuk mendapat pekerjaan yang terbaik.akhirnya, masyarakat membentuk solideritas organik yang baru, ini terlihat kebanyakan di masyarakat perkotaan indonesia. Dengan kesempatan yang beragam akan akses ‘bekal’ tersebut, dan individualisasi masyarakat, maka akan menimbulkan kesenjangan baru antara si kaya dan miskin, dan kesenjangan ini bukan karena kelas sosial tertentu seperti saat masyarakat masih feodal, atau pra-industri. Ini lah salah satu risiko masyarakat sekarang di bidang sosial. Dan jelas sudah terbukti dengan berapa jumlah pengangguran di Indonesia? Atau negara lainnya? Berapa persen masyarakat kita yang masih dibawah garis kemiskinan?
            Dalam pendidikan, masyarakat modern sekrang tidak peduli lagi dengan pendidikan sebagai pencerahan. Namun, sebagai alat politis untuk mencapai kedudukan tertentu melalui pasar tenga kerja. Lulusan pendidikan kurang begitu memperhatikan bagainmana dan apakah itu kebenaran ilmu yang dipelajari, dan hanya memanfaatkannya sebagai agen mobilitas. Akibatnya ilmu akan pudar sifat kebenarannya, dan nantinya kita tidak memiliki patokan berbuat yang ‘benar’ dan ‘tercerahkan’ . itulah risiko masyarakat sekrang yang menurut Beck bisa menimbulkan maslah. Terbukti denga banyaknya pelanggaran seperti korupsi, penyelewenggan, penyalahgunaan jabatan, hukum yang tidak adil, adalah implikasi negatif dari hal tersebut yang terliha nyata dalam kehidupan keseharian masyarakat kita.
            Dalam hal politik, dimana menurut Beck bahwa sumber-sumber politik akan kehilangan sifat politisnya, dan sebaliknya yang tidak bersifat politis menjadi dipolitisai juga terliha tjelas lagi-lagi di dunia pendidikan. Sarana ini, yang tadinya tidak bersifat politik, menjadi sub-politik yang sangat potensial untuk melakukan aksi politik dan menyembunyikan kepentingan politik dibaliknya. Seperti soal kurikulum, sistem pendidiakan, kriteria lulusan, yang diatur dengan seenaknya dan dipercaya untuk dipatuhi. Inilah sifat politis yang hadir, yang sayangnya sifat negatif dari politik.


KESIMPULAN

            Menurut saya, apa yang dikatakan Ulrich Beck tentang masyarakat berisiko yaitu bentuk masyarakt yang tidak hanya disibukan oleh masalah kelangkaan dalam pemenuhan kebutuhan tetapi juga masalah risiko yang dihadapinya tidak jauh dari kenyataan saat ini. Ditengah masyafrakat yang menuju ke bentuk perubahan yang baru, kita ditimpa akan ketidak stabilan dan ketidakpastian-ketidakpastian yang mengancam kehidupan kita secara alami, maupun sosial. Untuk itu, pandangan Beck melihat masyarakat indistri dengan kacamatga masyarakat risiko menjadi penting bagi kita untuk membantu memahami bagaimana bisa perubahan terjadi dan menuju ke arah mana perubahan tersebut akan bergulir? Bukan berarti pandangan Beck ini bisa menjelaskan secara gamblang, mempredikisi, dan merumuskan idealitas bagaimana seharusnya kita menjadi, tetapi sebagai cara pandang untuk menghadapi masalah masalah yang mungkin akan dan pasti timbul dalam masyarkat risiko.
            Melalui buku dari Beck, kita diajak mengenali diri kita, yang hidup di tengah –tengah masyrakat yang bercita-cita inging menjadi modern. Bagaimana kita terindividualisasi, dan mulai memudar dari ikatan kelas, struktur sosal, bahkan agen sosial seperti keluarga, orang sekarang lebih memilih istilah “kumpul ora kumpul sing penting mangan” (tidak bersama keluarga dekat bukan maslah yang penting sejahtera)dari pada “mangan ora mangan waton kumpul”(susah tidak apa, yang pentig bersama keluarga) orang sudah mau merantu jauh, bermigrasi, transmigrasi, bahkan bekerja diluar negeri untuk memenuhi kehidupannya ketimbamg berkumpul dengan keluarganya. Padahal, dimasa lampau keluarga adalah yang paling diutamakn sebagai agen reproduksi, afeksi, juga sebagai agen produksi. Bentuk baru ini yang menurut Beck akan menimbulkan kesenjangan baru pula, patut kita waspadai. Kesenjangan baru sulit untuk diselesaikan, karena bukan maslah kesenjangan antar kelas dimana kita bisa menghadirkan konsensus diantaranya, melainkan kesenjangan individu tetaoi dengan kompleksitas interaksi kenjanganya.

                                                                                                Yogyakarta, 3 Maret 2016
                                                                                                Penulis


                                                                                                Freggiyanto Banyu Satria

Tidak ada komentar:

Posting Komentar